LEBIH DEKAT MERASAKAN ALAM BERASTAGI
Penulis: Tika Anggreni Foto: Teguh Irmansah
Kabut yang
menjadi pemandangan sehari-hari di Berastagi justru suasana yang dicari-cari.
Kabut menunjukkan kesejukan kota kecil ini, tak heran banyak sekali orang tak
bosan-bosannya mengunjunginya.
Berastagi di Malam Hari |
Berastagi
terletak di dataran tinggi, Tanah Karo. Udara sejuk mulai terasa mulai dari
perbatasan kabupaten Deli Serdang dan Tanah Karo. Jika udara dingin, daerah
penatapan akan dipenuhi kabut tebal. Waktu yang tepat untuk berhenti sejenak di
Penatapan. Secangkir kopi panas dan jagung rebus bisa menjadi penghangat
sembari menatap pemandangan. Jika malam hari tiba, pemandangan dari atas
penatapan menjadi lebih menarik, memandangi kota dengan kelap-kelip lampu dari
kota.
Jika melanjutkan
perjalanan menuju kota, kita dapat menemukan kebun bunga di sepanjang jalan
kanan dan kiri. Bunga-bunga segar tersebut menjadi salah satu mata pencarian
warga. Melihat pemandangan kebun bunga saja sudah menyegarkan mata. Bunga-bunga
disusun rapi menurut jenis bunga dari yang masih dalam proses pembibitan hingga
yang telah berbunga mekar. Masing-masing petani bunga membuat tampilan kebun
bunga terlihat menarik.
Tugu Perjuangan, ikon Kota Berastagi |
Biasanya
bunga-bunga yang ada disini, adalah bunga yang jarang ditemukan di daerah lain.
Sehingga tak heran banyak pecinta bunga baik dari daerah maupun luar daerah
yang datang untuk memburu bunga yang beraneka ragam. Kebun bunga ini juga
sering kali menjadi penentu tren bunga yang wajib dimiliki.
Tak hanya bunga,
ada beberapa petani bunga yang memanfaatkan lahan untuk membuat kebun
strawberry dan memanjakan dan membebaskan pengunjung untuk memetik sendiri buah
strawberry sesuai keinginan. Sekalipun lebih mahal sedikit jika memetik
sendiri, kepuasan memanen strawberry tentu menjadi pengalaman seru. Untuk satu
kilogram strawberry dikenakan harga sekitar Rp 60.000 sampai Rp 80.000.
Hotel-hotel
kecil juga ada di sepanjang jalan menuju kota Berastagi. Tentu saja tak cukup
satu hari untuk mengelilingi Berastagi. Hampir seluruh pengunjung yang melakuna
perjalanan wisata ke Berastagi tak lupa mengunjungi Mikie Holiday Funland,
tempat ini memang menjadi tempat rekreasi yang digemari oleh pengunjung segala
usia. Setiap tahunnya juga, Mikie Holiday Funland melakukan
penambahan-penambahan wahana yang semakin menarik. Rasanya setiap wahana
menantang orang-orang untuk menguji adrenalin, wah siapa takut?
Sekitar dua
kilometer sebelum kota Berastagi dari arah Medan, sebuah bukit dengan hamparan
rumput yang luas menyambut. Namanya Bukit Kubu, biasanya orang-orang
menghabiskan waktu bersama keluarga disini untuk piknik sembari bermain
layangan. Apalagi jika menikmatinya bersama keluarga, rekreasi akan terasa
semakin memuaskan.
Tugu Perjuangan
Berastagi menyambut setiap orang yang datang ke pusat kota Berastagi. Kini kota
ini bertambah ramai seiring kemajuan dan peradaban. Walaupun papan reklame dan
baliho-baliho tampak agak sedikit merusak pemandangan. Tugu perjuangan
diresmikan pada tanggal 22 April 1977 oleh Gubernur Sumatera Utara Marah Halim
masa itu. Lengkapnya, tugu ini bernama Tugu Perjuangan Rakyat dan Abri Tanah
Karo. Bentuknya seperti menara, ditambah dengan ukiran ornament khas karo
seperti pengeret-ret yang umumnya
dipakai di rumah adat Karo. Selain itu ukiran-ukiran hasil-hasil pertanian juga
melekat di dinding tugu. Hingga pada puncaknya, ada patung-patung tentara dan
rakyat dengan senjata dan bendera merah putih. Ya, Tugu Perjuangan
menggambarkan perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia khususnya di Tanah
Karo.
Dekat dengan
tugu, ada jejeran gazebo berbentuk rumah adat mini, pemuda-pemuda kota biasanya
menghabiskan waktu menikmati sore di Gazebo ini hingga malam. Sepanjang jalan
utama, kota Berastagi masih menyimpan rumah dan toko-toko zaman dulu. Walau
beberapa rumah telah dipugar, rumah-rumah ini menjadi daya tarik. Rumah-rumah
tua berbahan dasar kayu, berdiri berderet mengikuti pola tanah yang berlekuk.
Pohon-pohon
Pinus berdiri di perbatasan jalur jalan raya, akan terlihat lebih asri jika
baliho-baliho tak ada di sana. Sepanjang jalan, banyak warga dan pengunjung
yang memilih berlalu lalang dengan
berjalan kaki di trotoar yang memang sengaja dibangun cukup luas.
Jalan menuju Bukit Gundaling |
Sama seperti
namanya yaitu Pasar Bunga dan Buah, kita dapat menemukan lagi berbagai jenis
bunga hias disini. Kaktus-kaktus mini, Mawar hingga Anggrek juga disukai turis.
Karena dibuat di pot-pot kecil, wisatawan tak perlu repot membawanya
sekembalinya dari Berastagi.
Pecinta binatang
peliharaan juga bisa menemukan hamster yang lucu, kelinci, dan juga bayi anjing
di pasar ini. Tak hanya itu, sesekali ada juga ada beranekaragam burung yang
dijual.
Di seberang
pasar buah, setelah lelah berbelanja buah-buahan dan sayur, kita dapat
beristirahat dengan makan jagung manis rebus maupun bakar dan juga air tebu.
Pilihan jagung juga tergantung selera, ada pedas dan manis. Pedagang jagung
sangat lihai meraciknya agar pas di lidah. Bahkan jika Anda malas untuk
menggigit jagung dari tunggulnya, Anda dapat memesan jagung yang sudah
dilepaskan dari tungkulnya, tentu saja Anda dapat memakannya dengan menggunakan
sendok. Sari air tebu juga asli dari tebu itu sendiri, manisnya pas.
Sembari makan,
pemandangan kuda-kuda dan juga andong yang sering juga disebut sado menjadi
penambah selera. Makan sambil dipandangi kuda bisa jadi pengalaman yang
menggelikan.
Tak cukup satu
hari untuk menikmati pesona kota Berastagi. Sekalipun hari dingin, kota
Berastagi pada malam hari juga menarik. Mendadak jejeran tenda-tenda penjual
makanan akan berjejer di sepanjang trotoar. Pantas saja namanya disebut “pasar
kaget”. Pasar Kaget menyajikan berbagai menu makanan yang cocok di udara
dinginnya malam. Misalnya kerang rebus, putu bambu, satai kambing, nila bakar,
hingga makanan berat lainnya. Sama larisnya dengan minuman top di kala dingin,
bandrek susu juaranya. Kalau beruntung, ada musim tertentu malam hari penjual
durian akan muncul di sekitaran pasar kaget.
MEMANDANG ASA DI BUKIT GUNDALING
Tak puas rasanya
kalau tak memandang seluruh kota Berastagi dari puncak bukit Gundaling. Agar
lebih menantang, kita dapat menunggangi kuda menuju Gundaling. Jangan khawatir
jika Anda takut menunggang sendiri, akan ada joki kuda yang menuntun anda untuk
mengendalikan kuda dan juga menunjukkan arahnya. Untuk menunggangi kuda, kita
hanya harus merogoh kocek dari Rp 5.000 untuk berfoto bersama kuda dan Rp
50.000- Rp 150.000 untuk menunggangi kuda mengitari kota hingga bukit
Gundaling. Jika anda takut menungganginya, silakan menyewa sado untuk
mengantarkan anda. Kalau ingin lebih menikmati suasana sejuknya pepohonan, ada
jalan alternatif untuk mendaki bukit Gundaling, yaitu melalui “tangga seribu”.
Berjalan kaki di pagi hari, dan memandang awan yang samar-samar menghilang
adalah pandangan yang amat menarik.
Sesampainya di
puncak bukit, udara lebih segar akan terasa. Walau dingin namun sejuknya pasti
terasa, anda dapat menikmati sejuknya udara sambil berkumpul dengan keluarga,
saudara atau sahabat-sahabat di bawah tenda-tenda yang disewakan di sana. Jika
udara semakin dingin, penjual bandrek yang berada di sekitaran bukit dapat menjadi
pilihan untuk menghangatkan badan. Dari bukit Gundaling, selain memandang kota,
hamparan hijaunya ladang dan gunung Sinabung dapat dilihat dari sisi
berlawanan.
Terdapat
beberapa patung di puncak bukit gundaling. Tepatnya tiga patung, patung Puteri
Gunung Beru Patimar, patung seorang pria dan sebuah patung perempuan berbaju
pengantin dengan pose hendak mengalungkan rangkaian bunga selamat datang.
Konon, jika kita berpose bersama pasangan dengan tepat dibawah kalungan bunga
tersebut, usia perjalanan cinta kita akan langgeng selamanya.
Karena berada di
antara pepohonan yang rindang, kita tak akan langsung tersengat matahari. Puas
mengitari puncak Bukit Gundaling, sebaiknya berhenti sejenak beristirahat di
penatapan Gundaling. Café-Café sederhana yang di desain langsung menghadap
panorama alam Berastagi akan menjadi suasana yang menyenangkan, melihat segala
bentukan tangan Sang Pencipta alam semesta.
tulisan ini telah di publikasikan di KOVER Magazine edisi Februari. Stop plagiarisme :)
Comments
Post a Comment