LEBIH DEKAT MERASAKAN ALAM BERASTAGI


Penulis: Tika Anggreni  Foto: Teguh Irmansah


Kabut yang menjadi pemandangan sehari-hari di Berastagi justru suasana yang dicari-cari. Kabut menunjukkan kesejukan kota kecil ini, tak heran banyak sekali orang tak bosan-bosannya mengunjunginya. 

Berastagi di Malam Hari
Walau hujan abu vulkanik juga memberi dampak bagi Berastagi, kota ini tak serta merta kehilangan pesonanya. Udara Berastagi masih sama, hujan bulan Desember yang mengguyur dapat menyapu bersih sisa-sisa abu vulkanik dari Gunung Sinabung yang tengah erupsi.

Berastagi terletak di dataran tinggi, Tanah Karo. Udara sejuk mulai terasa mulai dari perbatasan kabupaten Deli Serdang dan Tanah Karo. Jika udara dingin, daerah penatapan akan dipenuhi kabut tebal. Waktu yang tepat untuk berhenti sejenak di Penatapan. Secangkir kopi panas dan jagung rebus bisa menjadi penghangat sembari menatap pemandangan. Jika malam hari tiba, pemandangan dari atas penatapan menjadi lebih menarik, memandangi kota dengan kelap-kelip lampu dari kota. 

Jika melanjutkan perjalanan menuju kota, kita dapat menemukan kebun bunga di sepanjang jalan kanan dan kiri. Bunga-bunga segar tersebut menjadi salah satu mata pencarian warga. Melihat pemandangan kebun bunga saja sudah menyegarkan mata. Bunga-bunga disusun rapi menurut jenis bunga dari yang masih dalam proses pembibitan hingga yang telah berbunga mekar. Masing-masing petani bunga membuat tampilan kebun bunga terlihat menarik.
Tugu Perjuangan, ikon Kota Berastagi

Biasanya bunga-bunga yang ada disini, adalah bunga yang jarang ditemukan di daerah lain. Sehingga tak heran banyak pecinta bunga baik dari daerah maupun luar daerah yang datang untuk memburu bunga yang beraneka ragam. Kebun bunga ini juga sering kali menjadi penentu tren bunga yang wajib dimiliki.
Tak hanya bunga, ada beberapa petani bunga yang memanfaatkan lahan untuk membuat kebun strawberry dan memanjakan dan membebaskan pengunjung untuk memetik sendiri buah strawberry sesuai keinginan. Sekalipun lebih mahal sedikit jika memetik sendiri, kepuasan memanen strawberry tentu menjadi pengalaman seru. Untuk satu kilogram strawberry dikenakan harga sekitar Rp 60.000 sampai Rp 80.000.
Hotel-hotel kecil juga ada di sepanjang jalan menuju kota Berastagi. Tentu saja tak cukup satu hari untuk mengelilingi Berastagi. Hampir seluruh pengunjung yang melakuna perjalanan wisata ke Berastagi tak lupa mengunjungi Mikie Holiday Funland, tempat ini memang menjadi tempat rekreasi yang digemari oleh pengunjung segala usia. Setiap tahunnya juga, Mikie Holiday Funland melakukan penambahan-penambahan wahana yang semakin menarik. Rasanya setiap wahana menantang orang-orang untuk menguji adrenalin, wah siapa takut?

Sekitar dua kilometer sebelum kota Berastagi dari arah Medan, sebuah bukit dengan hamparan rumput yang luas menyambut. Namanya Bukit Kubu, biasanya orang-orang menghabiskan waktu bersama keluarga disini untuk piknik sembari bermain layangan. Apalagi jika menikmatinya bersama keluarga, rekreasi akan terasa semakin memuaskan.

Tugu Perjuangan Berastagi menyambut setiap orang yang datang ke pusat kota Berastagi. Kini kota ini bertambah ramai seiring kemajuan dan peradaban. Walaupun papan reklame dan baliho-baliho tampak agak sedikit merusak pemandangan. Tugu perjuangan diresmikan pada tanggal 22 April 1977 oleh Gubernur Sumatera Utara Marah Halim masa itu. Lengkapnya, tugu ini bernama Tugu Perjuangan Rakyat dan Abri Tanah Karo. Bentuknya seperti menara, ditambah dengan ukiran ornament khas karo seperti pengeret-ret yang umumnya dipakai di rumah adat Karo. Selain itu ukiran-ukiran hasil-hasil pertanian juga melekat di dinding tugu. Hingga pada puncaknya, ada patung-patung tentara dan rakyat dengan senjata dan bendera merah putih. Ya, Tugu Perjuangan menggambarkan perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia khususnya di Tanah Karo.

Dekat dengan tugu, ada jejeran gazebo berbentuk rumah adat mini, pemuda-pemuda kota biasanya menghabiskan waktu menikmati sore di Gazebo ini hingga malam. Sepanjang jalan utama, kota Berastagi masih menyimpan rumah dan toko-toko zaman dulu. Walau beberapa rumah telah dipugar, rumah-rumah ini menjadi daya tarik. Rumah-rumah tua berbahan dasar kayu, berdiri berderet mengikuti pola tanah yang berlekuk.
Pohon-pohon Pinus berdiri di perbatasan jalur jalan raya, akan terlihat lebih asri jika baliho-baliho tak ada di sana. Sepanjang jalan, banyak warga dan pengunjung yang memilih berlalu lalang  dengan berjalan kaki di trotoar yang memang sengaja dibangun cukup luas.

Jalan menuju Bukit Gundaling
Sebelum menuju bukit Gundaling, tak boleh lupa singgah ke Pasar Bunga dan Buah, warga Berastagi lebih sering menyebutnya dengan “Pajak Buah”. Pasar yang terletak di pusat kota ini memang menjadi pusat belanja oleh-oleh di Berastagi. Biasanya buah yang dijual di pasar ini adalah buah dari kualitas terbaik yang dipasok langsung dari petani-petani di daerah Tanah Karo. Mulai dari Jeruk, Alpukat, Strawberry, Manggis, Pepino, Markisa, Kasemak, dan berbagai jenis mangga ada di pasar buah ini. Untuk harganya relatif terjangkau dibanding membeli buah di supermarket. Kalau Anda ingin mendapat harga yang lebih murah lagi, pasar tradisional yang tak jauh dari Pajak Buah tersebut juga menjual buah-buahan. Buah-buah disusun rapi menurut jenisnya di pasar ini, selain membuat pajak buah menjadi penuh warna-warna, kerapian penyusunan juga menjadi daya tarik sendiri. Selain buah, pedagang juga menjual jenis umbi-umbian seperti talas, ubi kayu, ubi jalar, ubi ungu dan kentang. Bedanya dengan di pasar tradisional, umbi-umbian ini telah dicuci bersih, sehingga kita tidak merasa risih dengan tanah-tanah yang biasanya melekat pada umbi tersebut. Pedagang buah memberikan service terbaik untuk pengunjung. Tak hanya itu, sayur-sayuran segar yang diikat rapi, wortel, brokoli dan labu yang maish segar juga menjadi favorit pengunjung.

Sama seperti namanya yaitu Pasar Bunga dan Buah, kita dapat menemukan lagi berbagai jenis bunga hias disini. Kaktus-kaktus mini, Mawar hingga Anggrek juga disukai turis. Karena dibuat di pot-pot kecil, wisatawan tak perlu repot membawanya sekembalinya dari Berastagi.
Pecinta binatang peliharaan juga bisa menemukan hamster yang lucu, kelinci, dan juga bayi anjing di pasar ini. Tak hanya itu, sesekali ada juga ada beranekaragam burung yang dijual.
Di seberang pasar buah, setelah lelah berbelanja buah-buahan dan sayur, kita dapat beristirahat dengan makan jagung manis rebus maupun bakar dan juga air tebu. Pilihan jagung juga tergantung selera, ada pedas dan manis. Pedagang jagung sangat lihai meraciknya agar pas di lidah. Bahkan jika Anda malas untuk menggigit jagung dari tunggulnya, Anda dapat memesan jagung yang sudah dilepaskan dari tungkulnya, tentu saja Anda dapat memakannya dengan menggunakan sendok. Sari air tebu juga asli dari tebu itu sendiri, manisnya pas.

Sembari makan, pemandangan kuda-kuda dan juga andong yang sering juga disebut sado menjadi penambah selera. Makan sambil dipandangi kuda bisa jadi pengalaman yang menggelikan. 
Tak cukup satu hari untuk menikmati pesona kota Berastagi. Sekalipun hari dingin, kota Berastagi pada malam hari juga menarik. Mendadak jejeran tenda-tenda penjual makanan akan berjejer di sepanjang trotoar. Pantas saja namanya disebut “pasar kaget”. Pasar Kaget menyajikan berbagai menu makanan yang cocok di udara dinginnya malam. Misalnya kerang rebus, putu bambu, satai kambing, nila bakar, hingga makanan berat lainnya. Sama larisnya dengan minuman top di kala dingin, bandrek susu juaranya. Kalau beruntung, ada musim tertentu malam hari penjual durian akan muncul di sekitaran pasar kaget.




MEMANDANG ASA DI BUKIT GUNDALING
Tak puas rasanya kalau tak memandang seluruh kota Berastagi dari puncak bukit Gundaling. Agar lebih menantang, kita dapat menunggangi kuda menuju Gundaling. Jangan khawatir jika Anda takut menunggang sendiri, akan ada joki kuda yang menuntun anda untuk mengendalikan kuda dan juga menunjukkan arahnya. Untuk menunggangi kuda, kita hanya harus merogoh kocek dari Rp 5.000 untuk berfoto bersama kuda dan Rp 50.000- Rp 150.000 untuk menunggangi kuda mengitari kota hingga bukit Gundaling. Jika anda takut menungganginya, silakan menyewa sado untuk mengantarkan anda. Kalau ingin lebih menikmati suasana sejuknya pepohonan, ada jalan alternatif untuk mendaki bukit Gundaling, yaitu melalui “tangga seribu”. Berjalan kaki di pagi hari, dan memandang awan yang samar-samar menghilang adalah pandangan yang amat menarik.
Sesampainya di puncak bukit, udara lebih segar akan terasa. Walau dingin namun sejuknya pasti terasa, anda dapat menikmati sejuknya udara sambil berkumpul dengan keluarga, saudara atau sahabat-sahabat di bawah tenda-tenda yang disewakan di sana. Jika udara semakin dingin, penjual bandrek yang berada di sekitaran bukit dapat menjadi pilihan untuk menghangatkan badan. Dari bukit Gundaling, selain memandang kota, hamparan hijaunya ladang dan gunung Sinabung dapat dilihat dari sisi berlawanan.
Terdapat beberapa patung di puncak bukit gundaling. Tepatnya tiga patung, patung Puteri Gunung Beru Patimar, patung seorang pria dan sebuah patung perempuan berbaju pengantin dengan pose hendak mengalungkan rangkaian bunga selamat datang. Konon, jika kita berpose bersama pasangan dengan tepat dibawah kalungan bunga tersebut, usia perjalanan cinta kita akan langgeng selamanya.
Karena berada di antara pepohonan yang rindang, kita tak akan langsung tersengat matahari. Puas mengitari puncak Bukit Gundaling, sebaiknya berhenti sejenak beristirahat di penatapan Gundaling. Café-Café sederhana yang di desain langsung menghadap panorama alam Berastagi akan menjadi suasana yang menyenangkan, melihat segala bentukan tangan Sang Pencipta alam semesta.


tulisan ini telah di publikasikan di KOVER Magazine edisi Februari. Stop plagiarisme :)




















Comments

Popular posts from this blog

MUSEUM PUSAKA KARO SERPIHAN SEJARAH DI KOTA BERASTAGI

Ada Masa Depan Cerah Bagi Ekonomi Syariah: Yuk Investasi Logam Mulia!