Posts

Showing posts from September, 2020

Tolong Ibuku, Puang Tene!

Tak semua perempuan memiliki hati seperti Rohani Dg Tene (42). Perempuan asal Sulawesi Selatan ini, sudah menghabiskan separuh usianya untuk menolong para ibu hamil di kampungnya. Penulis: Tika Anggreni Purba -- Hari ini panen kunyit di kebun. Rohani bersama suaminya, Muso Dg Nai (72) tengah sibuk mengumpulkan kunyit ke dalam karung. Rencananya kunyit-kunyit itu akan dijual ke pasar sore nanti. Hasil penjualan kunyit untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi karung kunyit Rohani penuh, dari kejauhan terdengar seseorang berteriak memanggil. “ Puang Tene ! Puang Tene ! Tolong ibuku,” serunya. Sontak saja Rohani melempar kunyit yang ada dalam genggamannya, segera berlari menuju arah suara. Muso mengikut dari belakang. “Ada apa?” tanya Rohani pada anak laki-laki yang memanggilnya. Anak itu memberitahu bahwa ibunya yang kini tengah mengandung akan melahirkan. Rohani dan suaminya bergegas ke rumah anak laki-laki itu.   Si ibu hamil terlihat meringis kesakitan, tidak kuat

Tak Ada Saling Pengertian di Gerbong Khusus Perempuan

Ada pendapat ekstrem mengenai gerbong khusus perempuan di kereta komuter Jabodetabek: seram, brutal, kasar, dan barbar! Seburuk itukah suasana di gerbong cantik itu? Penulis: Tika Anggreni Purba -- “Tas sayaaa! Tas sayaa!!” teriak seorang perempuan muda berkerudung cokelat ketika mencoba keluar dari pintu gerbong khusus perempuan kereta komuter yang berhenti di Stasiun Manggarai, Jakarta. Rupanya badannya sudah keluar, namun terseret lagi ke dalam, karena tasnya tersangkut di serbuan penumpang perempuan lainnya yang ingin masuk. Wajah perempuan itu gusar, hampir saja tasnya tertinggal, karena penumpang baru yang tidak memberi kesempatan padanya untuk turun. Begitulah gambaran sehari-hari sistem keluar masuk gerbong khusus perempuan. “Tidak berperasaan sama sekali, saya seperti terseret ombak, enggak bisa dilawan,” kisah Sondang (26), karyawan swasta di Jakarta. Pernah suatu kali ia menumpang kereta komuter berangkat dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Cawang. Pertama

Saat Sekolah Pindah ke Rumah

Image
Bapak saya seorang guru. Sehari-hari mengajar di sekolah dasar di dekat rumah. Tak terasa sudah hampir 30 tahun lamanya dia mengabdi sebagai pengajar. Artinya, selama 30 tahun itu juga dia sudah terbiasa mengajar dengan cara konvensional. Namun, tiba-tiba pandemi Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) menerpa, bapak mendadak harus menyesuaikan diri menjadi guru dalam pendidikan jarak jauh. --- Penulis dan olah digital: Tika Anggreni Purba “Biasanya bapak mengajar lewat WhatsApp, tugas-tugas juga diberikan lewat pesan teks kepada nomor WhatsApp orang tua para murid,” kata Bapak bercerita. Bapak sebenarnya tidak terlalu melek gawai. Dia biasanya akan menelepon saya jika tiba-tiba kurang paham mengoperasikan aplikasi di gawainya. Pelan-pelan tapi pasti, pria 58 tahun itu mulai fasih. Belakangan, dia sering mengunggah videonya sedang mengajar di laman Facebook-nya atau sesekali mengirimi kami foto lewat WhatsApp Group keluarga. “Jadi tiap hari begitu, bapak kirimkan bahan ajar berupa

Duh, Produk Homemade Bikin Jatuh Cinta!

Image
Dulu saya berpikir bahwa kualitas barang luar negeri pasti lebih oke. Namun setelah beberapa kali menggunakan produk homemade, akhirnya saya mafhum. Ternyata kualitas produk lokal juga enggak kalah keren.  Penulis: Tika Anggreni Purba -- “Cantik banget ..!” seru saya pada seorang teman ketika ia menghadiahi saya sebuah tas. Jarang saya melihat tas dengan bahan dan desain seperti itu. Kainnya terbuat dari kain kanvas biasa, tetapi yang unik adalah desain gambar tas. Tas bentuk tote bag ini sepertinya digambar khusus, kemudian dicetak pada kain bahan dasar tas. Unik sekali.  Saking penasaran, saya sampai googling mengenai tas cantik ini. Ah benar! Tas ini merupakan produk kerajinan tangan rumahan ( homemade ) yang dibuat oleh seorang pegiat kerajinan tangan bernama Martha Putri Natasande, pemilik Ideku Handmade. Ia menjual produk-produk kerajinan tangan miliknya (tidak hanya tas) melalui Instagram.  Salah satu produk tas handmade yang saya suka. (credit : Idekuhand

Akhirnya Menghirup Udara dan Aroma Laut

Image
“Akhirnya kita pergi liburan!”  "Bahagianya melihat laut!" Sudah jauh hari ingin melepas kepenatan bersama teman-teman satu tim di kantor. Tidak jauh melancong ke luar kota atau luar negeri, kami (Tika, Rayful, Syaiful, dan Reni) berencana menyeberangi laut menuju Pulau Harapan, di Kepulauan Seribu, Jakarta. Sebagai pekerja di Jakarta yang tiap hari penat akan informasi dan polusi, kerinduan untuk rehat sembari memandangi senja di pantai rasanya makin menjadi-jadi. Akhirnya rencana liburan singkat itu dieksekusi, kami berangkat ke Pulau Harapan Sabtu-Minggu, 12-13 Oktober 2019.  Sebelum berangkat, dalam ruang grup WhatsApp kami saling bertukar ide tentang bagaimana sistem keberangkatan, apakah akan menggunakan open trip atau tidak, bagaimana konsumsi, transportasi, dan sebagainya. Berhubung karena kami semua pencinta kepraktisan, akhirnya memutuskan untuk ikut jasa open trip.  Pertanyaan selanjutnya? Mau pakai jasa open trip dari travel mana? H