saya selalu terbiasa berkata pada diri saya: Tika, tahu diri! ingat siapa dirimu? sehingga bulu-bulu sombong di lengan pun harus menunduk. Tapi kadang-kadang saya muak, dengan kami yang sering tak tahu diri!
Penulis: Tika Anggreni Foto: Teguh Irmansah Kabut yang menjadi pemandangan sehari-hari di Berastagi justru suasana yang dicari-cari. Kabut menunjukkan kesejukan kota kecil ini, tak heran banyak sekali orang tak bosan-bosannya mengunjunginya. Berastagi di Malam Hari Walau hujan abu vulkanik juga memberi dampak bagi Berastagi, kota ini tak serta merta kehilangan pesonanya. Udara Berastagi masih sama, hujan bulan Desember yang mengguyur dapat menyapu bersih sisa-sisa abu vulkanik dari Gunung Sinabung yang tengah erupsi. Berastagi terletak di dataran tinggi, Tanah Karo. Udara sejuk mulai terasa mulai dari perbatasan kabupaten Deli Serdang dan Tanah Karo. Jika udara dingin, daerah penatapan akan dipenuhi kabut tebal. Waktu yang tepat untuk berhenti sejenak di Penatapan. Secangkir kopi panas dan jagung rebus bisa menjadi penghangat sembari menatap pemandangan. Jika malam hari tiba, pemandangan dari atas penatapan menjadi lebih menarik, memandangi kota dengan kelap-kelip
MUSEUM PUSAKA KARO SERPIHAN SEJARAH DI KOTA BERASTAGI Tak banyak orang yang mau mengumpulkan serpihan-serpihan sejarah. Namun tidak dengan Pastor Joosten Leonardus Edigius, beliau yang bukan berasal dari Indonesia dengan rela hati merintis sebuah museum. Museum Pusaka Karo namanya. Letaknya tepat di tengah Kota Berastagi. Museum ini berada di Jalan Perwira No 3, tepat di sebelah Tugu Perjuangan 45 Berastagi dan Pasar Buah. Belum lama berdiri, bangunan ini telah menjelaskan banyak sekali penjelasan tentang sejarah milik rakyat Karo. Bangunannya sendiri adalah bekas gereja Katolik Berastagi yang telah diserahkan oleh keuskupan Medan untuk dijadikan museum yang menyimpan benda-benda pusaka Karo. Museum Tampak Depan Awal perintisannya dimulai dengan keprihatinan akan museum Karo di Desa Raya yang tidak difungsikan secara maksimal pada tahun 70an. Seorang misionaris Belanda bernama Joosten Leonardus Edigius atau yang lebih dikenal sebagai Pastor Leo Joosten Ginting te
Lagu ini membuatku mengerti, tentang KASIH yang tak terdalami. Oh KeKASIH, terimakasih telah menjumpai aku disana. Di atas bukit Golgota Berdiri salibNya kasar dan hina Tempat dimana maut dulu berjaya Takkan pernah kulupa Disanalah dulu aku berada Tempat dunia orang mati bertahta Kasih jumpai aku disana Kasih mati tertikam tuk hapus dosaku Kupercaya hanya kepadaMu Yesus Kasih jumpai aku disana Kasih memeluk aku disana Kasih berlubang paku slamatkan hidupku Kupercaya hanya kepadaMu Yesus Kasih menjemputku disana Disana kasih dan keadlianNya Diperdamaikan Kasih jadi pembelaku Kasih jadi pembelaku Lagu: Argo Pariadji
Comments
Post a Comment